Menilik Kehidupan Bermasyarakat Kabupaten Teluk Bintuni melalui Program Dokumenter "Rumah Torang"

Dokumenter televisi saat ini berperan dalam mengajarkan nilai, norma sosial, dan pengalaman kepada penontonnya. Salah satunya melalui pemaparan konten mengenai suku dan budaya di Indonesia, yaitu Kabupaten Teluk Bintuni. Kabupaten ini merupakan bukti bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan suku dan budaya. Jika kita melihat lebih dalam, dapat kita temukan banyak keberagaman budaya dan keindahan alam yang masih jarang diketahui oleh banyak orang. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat di Indonesia khususnya Gen Y dan Gen Z tentang Papua Barat cukup terbatas, faktor ini dikarenakan media yang kerap kali hanya memberitakan informasi seputar kota-kota besar saja. Teluk Bintuni yang merupakan kabupaten terkaya se-Indonesia ternyata juga menduduki posisi ke-29 dari 548 kabupaten/kota dalam kategori jumlah masyarakat miskin di Indoneisa. Saat ini Teluk Bintuni memiliki total 26 distrik, dan Distrik Wamesa yang akan menjadi fokus penulis dalam pembuatan tugas akhir dengan kluster programming-based. Program bernama Rumah Torang akan menyajikan informasi mengenai Teluk Bintuni dalam bentuk audio visual. Program ini memiliki enam episode di dalamnya dan akan membahas seputar kehidupan sosial budaya, situasi ekonomi, dan permasalahan yang saat ini ada. Proses pembuatan karya terdiri dari beberapa tahapan yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Karya penulis berkolaborasi dengan media Narasi dan menggunakan platform dari Youtube sebagai sarana untuk pendistribusian berita. Hal ini dilakukan karena target audiens penulis merupakan generasi-Y dan generasi-Z yang karakteristiknya serba instan dan mengandalkan teknologi. Penonton dari seluruh episode di Rumah Torang sudah mencapai 100.000 lebih